Senin, 18 Maret 2013

pandangan orientalis terhadap al quran




MAKALAH ORIENTALISME
Tentang
Pandangan Orientalis Terhadap Al Quran

IAIN-Imam-Bonjol1

Disusun Oleh :
            RUSMA DONAL : 510 . 060
 
Dosen Pembimbing :
Dr. Alirman hamzah, MA
Faisal, M. Ag



JURUSAN AQIDAH FILSAFAT (AF)
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1433 H / 2012 M


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pandangan Orientalis Terhadap Al Quran
            Orientalisme didefiniskan sebagai pemahaman masalah-masalah ketimuran. Istilah ini berasal dari bahasa Perancis, orient yang berarti timur atau bersifat timur. Isme berarti paham, ajaran, sikap atau cita-cita. Orang yang mempelajari masalah-masalah ketimuran (termasuk keislaman) disebut orientalis yaitu ilmuwan Barat yang mendalami bahasa-bahasa, kesustraan, agama, sejarah, adat istiadat dan ilmu-ilmu dunia Timur. Dunia Timur yang dimaksud di sini adalah wilayah yang terbentang dari Timur dekat sampai ke Timur jauh dan negara-negara yang berada di Afrika Utara.
            Para orientalis berpandangan semisal Antonius Walaeus, ”al Qur’an adalah kitab suci yang disimpangkan dan penuh dengan pemikiran yang saling bertentangan”. Jesuit J.J. Ten Berge, “Al-Qur’an adalah konfirmasi dan interpretasi terhadap sejarah Bibel, -suatu hasil yang sangat buruk- serta mereduksinya dan berisikan koleksi dongeng-dongeng, cerita buatan, dan cerita-cerita yang disalahpahami”. John Wansbrough, “al-Qur’an adalah karya sastra Nabi SAW yang cenderung mengadaptasi kitab-kitab sebelumnya”.
            George Sale, DR. Henry Stubbe,  DR. John Naish, dan F. F. Arbuthnot senada berpandangan bahwa surah dan ayat-ayat dalam Alquran berbahasa Arab mempunyai keindahan deduktif, murni, dan memiliki gaya tarik, expressif dan enersi yang eksflossif, yang terlalu sukar diterjemahkan kata demi kata”. Goldziher, “ perubahan uslub (metode) surah dan ayat Alquran dipengaruhi oleh perubahan tabiat pribadi Muhammad”.
            Washington Irvingal-Qur’an terdapat banyak penyimpangan serta ketimpangan, campur aduk (heterogeneous fragments) tidak tersistem antara penyusunan surah dan ayat-ayat dalam al-Qur’an (thrown together without selection, without chronological order, and without system of any kind)”. Abraham Geiger “Surah dan ayat-ayat dalam al-Qur’an di ambil dari kisah                    dan doktrin-doktrin orang yahudi”. Sedangkan S. Fraenkel dan Hartwig Hirschfeld berpandangan tentang pemfokuskan pentingnya melacak berbagai kosa-kata asing yang banyak di adopsi dalam surah dan ayat dalam Al-Qur’an.
            Thedore Noldeke dalam bukunya menjelaskan tentang sejarah surah-surah dengan menggunakan metode lurus yang kadang-kadang mengandung kebenaran. Serta  mengutip susunan surah-surah dari kitab Abil Qasim Umar bin Muhammad bin Abdul-Kaafi dalam penyusunan surah makkiyah dan madaniyah. Dan pandangan Noldeke banyak mewarnai dan menjadi rujukan dari para orientalis setelahnya. Christoph Luxenberg bepandangan serta berspekulasi dalam surah dan ayat-ayat al-Qur’an banyak diketemukan kesalahan penulisan dan bacaan dan bahkan  Luxenberg mengutak-atik surah dan ayat dalam teks al-Qur’an. Dalam hal ini Christoph Luxenberg banyak mendapatkan kritikan dan penolakan dari asumsi-asumsinya oleh kalangan ulama-ulama islam.
            Dari semua pandangan para orientalis di atas sudah pasti banyak pandangan yang mendiskritkan serta mereduksi surah dan ayat al-Qur’an dengan hal-hal negatif disebabkan kebencian mereka kepada islam dan faktor untuk mengintervensi kajian islam dengan sekulerisasi ilmu dari al-Qur’an. Serta ada pula pandangan dari para orientalis yang positif terhadap surah dan ayat al-Qur’an dikarenakan mengakui atas keindahan uslub dan keistimewaan mukjizat terbesar nabi Muhammad SAW tersebut.

B. Tokoh –tokoh orientalis yang menyangsikan kebenaran al quran

1. Fay Weldon          
            Al-Quran merupakan makanan bagi non-pemikiran. (Kitab) Ini bukan sebuah puisi dimana sebuah masyarakat dapat bersandar secara aman atau masuk akal. (Kitab) Ini memberi senjata dan kekuatan pada ketertiban pemikiran dan ketertiban pemikiran dengan mudah dijalankan, dan mereka menakut-nakuti. Saya melihat (al-Quran) ini sebagai naskah yang terbatas dan membatasi dalam hal pemahaman atas apa yang saya definisikan sebagai Tuhan.

2. Karen Amstrong  
            Orang barat cenderung melihat Al-Quran penuh pengulangan yang membosankan, karena tampak kembali ke wilayah yang sama berkali-kali. Namun buku ini tidak dirancang untuk       dibaca secara menyendiri, melainkan untuk dibaca sebagai ibadah. Bila orang Muslim mendengar sebuah surah dibacakan di Masjid, mereka diingatkan pada ajaran sentral agama meraka hanya melalui satu ayat tersebut.(dalam buku Muhammad, A Biography of the Prophet,terjamahan Sirkit Syah, penerbit: Risalah Gusti hal.47)            

            Al-Quran tidak dimaksudkan untuk dibaca sebagaimana membaca buku-buku lain. Jika didekati secara tepat, kata para penganut (islam), Al-Quran memberi rasa kehadiran yang agung. Ini sulit dipahami oleh seseorang yang tumbuh dalam tradisi Kristen karena Kristen tidak memiliki bahasa keramat. (dalam buku Muhammad, A Biography of the Prophet,terjamahan Sirkit Syah, Penerbit: Risalah Gusti hal.46)       
 
3. Conor Cruise O'Brien     
            Tampak sangat menjijikan. Mereka (Sejarawan Kristen yang menghormati Islam) tampak menjijikan, karena memang menjijikan, seorang Barat yang mengaku mengagumi masyarakat Muslim, namun masih mengikuti nilai-nilai Barat adalah seorang munafik (hypocrite) atau orang bebal atau keduanya.
C. Pertanyaan tentang orientalis
1.      Apakah semua keruwetan yang terjadi di dunia Islam disebabkan oleh orientalis?
            Memang orientalis punya andil dalam merusak dan menimbulkan keruwetan dalam dunia Islam. Namun berapa prosentasenya kita tidak tahu secara pasti. Dalam surat at Taubah dijelaskan bahwa orang-orang yang beriman dan orang-orang munafik antara sebagian dengan sebagian yang lain saling tolong-menolong. Jadi, para orientalis juga saling bahu membahu dalam merusak dunia Islam.


2.      Bagaimanakah perkembangan dan dinamika orientalisme saat ini?
            Saya melihat orientalisme bukan sebuah gerakan. Dalam konferensi-konferensi dan pertemuan yang biasa mereka lakukan. Mereka memang memiliki jaringan melalui beberapa organisasi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) namun sifatnya informal karena lintas            negara. Yang menyatukan mereka adalah human interest yakni mereka mempunyai minat dan ketertarikan yang sama dalam dunia internasional.
            Orientalis Barat kebanyakan adalah keturunan Yahudi. Orang Yahudi menganggap dalam stratifikasi masyarakatnya, yang paling tinggi kedudukannya ialah yang paling berilmu. Seperti ilmuwan, saintis apalagi yang plus ahli agama. Hampir kebanyakan kaum Yahudi mempunyai cita-cita untuk menjadi ilmuwan terutama menjadi ilmuwan yang ahli agama yang biasa disebut ulama Bani Israil.
3.      Bagaimanakah sikap orientalis terhadap al-Qur’an?
            Orientalis sejak dahulu hingga sekarang mengkaji al-Qur’an untuk mencari kelemahan, mereka tidak percaya bahwa al-Qur’an adalah wahyu dan menganggapnya buatan Muhammad saw. Sebab apabila mereka mengakui bahwa Muhammad adalah nabi maka gugurlah agama Yahudi. Al-Qur’an merupakan target utama serangan misionaris dan orientalis Yahudi-Kristen, setelah mereka gagal menghancurkan sirah dan sunnah nabi saw. Mereka mempertanyakan status kenabian beliau, meragukan kebenaran riwayat hidup beliau dan menganggap sirah beliau tidak lebih dari legenda dan cerita fiktif belaka. Demikian pendapat Caetani, Wellhausen dan lain-lain.
4.      Orientalis lebih tertarik mengkaji apa?
            Yang pertama tentu mempelajari al-Qur’an. Mereka mengatakan ini merupakan suatu pendekatan baru dalam mempelajari al-Qur’an dengan metode linguistik, apa adanya tanpa perlu mengkaji asal-usulnya, bahkan mereka mengatakan pendekatan lama mengandung polemik.Memang benar bahwa corpus kesarjanaan Barat mengenai al-Qur’an cukup beragam. Tidak semua orientalis hendak menghancurkan Islam dengan menebarkan keraguan terhadap al-Qur’an dan hadist. Ada juga orientalis yang konon bermaksud ‘baik’ dan tampak simpati kepada Islam yang disebut counter examples. Di bidang hukum Islam mereka sangat mempunyai kepentingan karena mereka tahu orang-orang Islam semakin semangat mempelajari dan menerapkan ekonomi Islam.

5.      Bagaimanakah pengaruh orientalis di balik gerakan anti-hadits?
            Serangan orientalis terhadap hadist dilancarkan secara bertahap, terencana dan bersama-sama. Ada yang menyerang matan-nya  seperti Sprenger, Muir dan Goldziher. Menyerang isnad-nya seperti Horovitz, Schacht dan Juynboll.Serangan mereka diarahkan ke semua kategori; sebagian menyerang hadist sejarah yang berhubungan dengan sirah. Misalnya Kister, Scholler, Motzki. Sebagian yang lain menggugat hadist hukum atau fiqih seperti Shacht, Powers dan Gilliot.
            Gugatan para orientalis dan misionaris Yahudi dan Kristen telah menimbulkan dampak yang cukup besar. Melalui tulisannya yang diterbitkan dan dibaca luas, mereka telah berhasil mempengaruhi dan meracuni pemikiran sebagian umat Islam. Muncullah gerakan anti-hadist di India, Pakistan, Mesir dan Asia Tenggara. Pada tahun 1906 sebuah gerakan yang menamakan dirinya Ahli al-Qur’an muncul di bagian barat Punjab, Lahore, dan Amritsar. Pimpinannya Abdullah Chakrawali dan Khwaja Ahmad Din, mereka menolak hadist secara keseluruhan.
            Dalam propagandanya, gerakan ini mengklaim bahwa al-Qur’an saja sudah cukup untuk menjelaskan semua perkara agama. Akibatnya mereka menyimpulkan shalat hanya empat kali sehari, tanpa adzan dan iqamah, tanpa takbiratul ihram. Selain itu mereka menganggap tidak ada shalat ‘Id dan shalat jenazah.
6.      Apakah orientalis sekarang gencar melakukan aktivitasnya melalui LSM?
            Memang institusi penting bagi mereka untuk menjalankan aktivitasnya karena mempunyai dampak yang luas. Tentunya dengan restu dan dukungan dari pemerintah. Mereka mempunyai dana yang kuat dan fasilitas yang memadai untuk melancarkan aksinya. Selain itu sebagian mereka dengan sebagian yang lain saling bantu membantu dalam menebarkan racun orientalisme.
7.      Bagaimanakah mereka membuat kaderisasi?
Itu memang strategi mereka yang paling mudah. Sebagaimana yang dilakukan Inggris di daerah jajahannya. Misalnya di Indonesia mereka melakukan kaderisasi di Manado, Sumatera Barat dan         Salatiga. Oleh karena itu tokoh-tokoh nasional pada waktu itu berasal dari kota-kota tersebut. Tidak semua orientalis melakukan aktivitasnya dengan disamarkan, ada juga yang terangan-terangan.
8.      Apa saja motivasi dan topik kajian orientalis?
            Kajian teologi Islam oleh para orientalis Barat telah dimulai sejak awal abad ke-19 Masehi, tidak lama setelah bangsa-bangsa Eropa menaklukan hampir seluruh dunia Islam. Berbekal manuskrip karya para ulama dan ilmuwan Islam yang diboyong ke Eropa, mereka mulai mempelajari dan mengkaji satu per satu khazanah intelektual Islam.
            Mereka meyakini kebenaran kata-kata Sir Francis Bacon dalam risalahnya ‘de haeresibus’ tahun 1597 bahwa ilmu adalah kekuatan. Hegemoni militer, politik dan ekonomi akan tumbang jika tidak didukung oleh pengetahuan. Mereka yakin untuk menaklukan dunia Islam mereka harus mengetahui Islam dari berbagai aspeknya dari orang Islam sendiri.
9.      Apa dampak orientalis bagi dunia Islam?
            Secara positif mereka banyak menyadarkan kita akan pentingnya membaca sejarah para ulama-ulama Islam kita. Mereka mengangkut manuskrip kita keluar negeri yang merupakan sejarah keilmuwan kita untuk dipelajari dan diaplikasikan sehingga mereka lebih maju dari umat Islam. Di Irak setelah invasi Amerika, benda dan manuskrip Islam yang ada di Irak banyak diboyong keluar oleh AS. Memang di AS memiliki teknologi yang lebih canggih untuk menjaga manuskrip. Secara negatif mereka mendudukan diri mereka sebagi otoritas dalam berpendapat dan mengambil keputusan. Pendapat dan pemikiran merekalah yang harus didengar dan dipakai.
10.  Apakah benar mereka memasuki dunia pendidikan?
            Kebanyakan para pelajar Muslim yang dikirim belajar atau studi ke luar negeri setelah kembali ke Indonesia pikirannya teracuni oleh pemikiran orientalis. Kemudian mereka memiliki posisi yang strategis sepulangnya ke negara asalnya, misalnya menjadi leader dalam dunia pendidikan dan memasuki dunia birokrat. Oleh karena itu mereka mengambil para dosen-dosen dari universitas bahkan kampus-kampus Islam untuk melakukan studi di negaranya agar dapat mewarnai pemikirannya.
11.  Apakah liberalisasi yang telah merebak ke berbagai bidang adalah kerjaan orientalis?
            Ya memang. Itu faktor eksternal hasil dari kerja orientalis. Para ahli sejarah umumnya sepakat bahwa Eropa telah mengalami sekularisasi sejak 250 tahun terakhir. Yang masih mereka perdebatkan hanyalah soal bagaimana dan mengapa proses itu terjadi. Pengaruh liberalisasi lebih gencar terjadi setelah kembalinya dosen-dosen yang belajar ke luar negeri misalnya dari kampus Mc Gill di Kanada. Meskipun demikian orang-orang UIN membantah bahwa yang terjadi itu sangat kecil. Padahal racun orientalis sangat berbahaya walaupun kecil.
12.  Maraknya aliran sesat apakah pekerjaan orientalis?
            Secara tidak langsung, iya. Sebab orientalis lebih suka mengetengahkan yang dipinggir, membesarkan yang kecil dan meminggirkan yang di tengah. Misalnya aliran Syiah dan Ahmadiyah, yang kita anggap salah, oleh mereka dikaburkan sehingga seolah-oleh dianggap benar. Musailamah al-Kadzab, mereka mengatakan dari mana kita tahu ia nabi palsu. Mereka beranggapan Nabi Muhammad jadi nabi karena punya kekuatan, kekuasaan dan punya dukungan yang banyak. Musailamah kalah karena tidak punya dukungan.
13.  Apakah orientalis bisa disamakan dengan Diabolisme Intelektual?
            Sepanjang pemikiran dan penelitiannya bertentangan dengan kebenaran hakiki dari Ilahi Rabbi, bisa dikatakan sama.
14.  Bagaimana cara mengidentifikasi ilmuwan seperti ini?
            Tak sulit mengidentifikasinya, karena ciri-cirinya telah diterangkan dalam al-Qur'an. Pertama, selalu membangkang dan membantah (6:121). Meskipun ia kenal, tahu dan faham, tapi tak pernah mau menerima kebenaran. Seperti ingkarnya Firaun berikut hulu-balangnya, zulman wa 'uluwwan, meski hati kecilnya mengakui dan meyakini (wa istayqanat-ha anfusuhum). Mereka selalu mencari argumen untuk menyanggah dan menolak kebenaran demi mempertahankan opininya. Yang penting baginya bukan kebenaran tapi pembenaran. Dalam tradisi keilmuwan Islam, sikap membangkang semacam ini disebut al-'inadiyyah.
            Kedua, bersikap takabbur (sombong, angkuh, congkak, arogan). Pengertian takabbur ini dijelaskan dalam hadis Nabi saw, "Sombong ialah menolak yang haq dan meremehkan orang lain (Al-kibru batarul-haqq wa ghamtu n-nas)." (HR Imam Muslim No147) Orang yang mengikuti kebenaran sebagaimana dinyatakan al-Qur'an atau hadis Nabi saw dianggap dogmatis, literalis, logosentris, fundamentalis, konservatif dan lainnya. Sebaliknya, orang yang berpikiran liberal, berpandangan relativistik, skeptis, menghujat al-Qur'an dan Hadits, meragukan dan menolak kebenarannya, justru disanjung sebagai intelektual kritis, reformis dan sebagainya, meskipun terbukti zindiq, heretik dan bermental Iblis.
            Ketiga, bermuka dua dan standar ganda (2:14). Mereka menganggap orang beriman bodoh, padahal merekalah yang bodoh dan dungu (sufaha'). Intelektual semacam ini diancam Allah dalam al Qur'an: "Akan Aku palingkan mereka yang arogan tanpa kebenaran itu dari ayat-ayat-Ku. Sehingga, meskipun menyaksikan setiap ayat, tetap saja mereka tidak akan mempercayainya. Dan kalaupun melihat jalan kebenaran, mereka tidak akan mau menempuhnya. Namun jika melihat jalan kesesatan, mereka justru menelusurinya." (7:146)
            Keempat, mengaburkan dan menyembunyikan kebenaran (talbis wa kitman al-haqq). Cendekiawan diabolik bukan tak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Namun ia sengaja memutarbalikkan data dan fakta. Yang bathil dipoles dan dikemas sehingga nampak seolah-olah haq. Sebaliknya, yang haq digunting dan dipreteli sehingga kelihatan seperti bathil. Atau dicampur-aduk keduanya sehingga tak jelas lagi beda antara yang benar dan salah. Strategi ini memang sangat efektif membuat orang lain bingung dan terkecoh.
            Contohnya, seperti yang dilakukan oleh pengasong gagasan inklusivisme dan pluralisme agama. Mereka mengutip ayat-ayat al Qur'an (2:62 dan 5:69) untuk menjustifikasi pemikiran liarnya. Untuk mengatakan semua agama adalah sama, tanpa mempedulikan konteks siyaq, sibaq dan lihaq maupun tafsir bil-ma'tsur dari ayat-ayat tersebut.
15.  Berarti sama seperti yang dilakukan kaum orientalis Barat?
            Hal ini dilakukan oleh orientalis Barat dalam kajian mereka terhadap al Qur'an dan Hadis. Mereka mempersoalkan dan membesar-besarkan perkara kecil, mengutak-atik yang sudah jelas dan tuntas, sambil mendistorsi dan memanipulasi (tahrif) sumber-sumber yang ada. Ini tak terlalu mengejutkan, mengingat kebanyakan mereka adalah Yahudi dan Nasrani yang karakternya telah dijelaskan dalam al-Qur'an 3:71, "Ya ahlal-kitab lima talbisunal-haqq bil-bathil wa taktumul-haqq wa antum ta'lamun?" Yang mengherankan ialah ketika hal yang sama dilakukan oleh mereka yang zahirnya Muslim.
            Al Qur'an telah mensinyalir: "Memang ada manusia-manusia yang kesukaannya berargumentasi, menghujat Allah tanpa ilmu dan menjadi pengikut setan yang durhaka. Telah ditetapkan atasnya, bahwa siapa saja yang menjadikannya sebagai kawan, maka akan disesatkan olehnya dan dibimbingnya ke neraka," (22:3-4). Maka kaum beriman diingatkan agar senantiasa menyadari bahwa "Sesungguhnya setan-setan itu mewahyukan kepada kroninya untuk menyeret kalian ke dalam pertengkaran. Jika dituruti, kalian akan menjadi orang-orang yang musyrik," (6:121). Ini tidak berarti kita dilarang berpikir atau berijtihad. Berpendapat boleh saja, asal dengan ilmu dan adab. Wallahua'lam.
16.  Bagaimana cara melawan dan menghadang sepak terjang mereka saat ini?
            Kalau kita melihat serpak terjang mereka yang begitu luar biasa, kita bisa berputus asa. Namun al-Qur’an melarang kita berputus apa, memang tidak mesti instan bisa kita selesaikan. Tentunya harus kita lakukan secara berjamaah diberbagai bidang baik di bidang pendidikan (perguruan tinggi), ekonomi dan lembaga swadaya masyarakat yang islami.
            Kita harus berani tampil beda untuk melakukan peningkatan di bidang pendidikan agar tidak perlu lagi mengirim para dosen dan guru untuk studi ke luar negeri. Oksidentalisme itu tidak bisa basa-basi. Itu sebenarnya sudah dilakukan sejak lama untuk mengimbangi pemikiran orientalis seperti yang dilakukan di Jerman, membuka jurusan S1 untuk mempelajari sejarah, budaya dan seluk beluk dunia Barat. Sehingga setelah itu mereka bisa masuk dalam dunia pendidikan dan perusahaan milik orientalis untuk menjadi penyeimbang.
BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
            Dari semua pandangan para orientalis di atas sudah pasti banyak pandangan yang mendiskritkan serta mereduksi surah dan ayat al-Qur’an dengan hal-hal negatif disebabkan kebencian mereka kepada islam dan faktor untuk mengintervensi kajian islam dengan sekulerisasi ilmu dari al-Qur’an. Serta ada pula pandangan dari para orientalis yang positif terhadap surah dan ayat al-Qur’an dikarenakan mengakui atas keindahan uslub dan keistimewaan mukjizat terbesar nabi Muhammad SAW tersebut.
B.     Saran.
            Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, banyak hal-hal yang masih kurang dalam makalah ini. Maka dari pada itu pemakalah mengaharapkan kritikan dan saran dari para pembaca dan terutama sekali kepada dosen pembimbing, guna untuk perubahan dan perbaikan bagi pemakalah dikemudian harinya.












DAFTAR PUSTAKA

·         Muhammad, A Biography of the Prophet,terjamahan Sirkit Syah, penerbit: Risalah Gusti hal.47)
·         Jalaluddin, Prof, 2001, Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada




Tidak ada komentar:

Posting Komentar