MAKALAH ORIENTALISME
Tentang
Pandangan Orientalis
Terhadap Al Quran

Disusun Oleh :
RUSMA DONAL : 510 . 060
Dosen Pembimbing :
Dr. Alirman hamzah, MA
Faisal, M. Ag
JURUSAN AQIDAH FILSAFAT
(AF)
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1433 H / 2012 M
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pandangan Orientalis Terhadap Al Quran
Orientalisme didefiniskan sebagai
pemahaman masalah-masalah ketimuran. Istilah ini berasal dari bahasa Perancis, orient
yang berarti timur atau bersifat timur. Isme berarti paham, ajaran,
sikap atau cita-cita. Orang yang mempelajari masalah-masalah ketimuran
(termasuk keislaman) disebut orientalis yaitu ilmuwan Barat yang mendalami
bahasa-bahasa, kesustraan, agama, sejarah, adat istiadat dan ilmu-ilmu dunia
Timur. Dunia Timur yang dimaksud di sini adalah wilayah yang terbentang dari
Timur dekat sampai ke Timur jauh dan negara-negara yang berada di Afrika Utara.
Para orientalis berpandangan semisal
Antonius Walaeus, ”al Qur’an adalah kitab suci yang disimpangkan dan
penuh dengan pemikiran yang saling bertentangan”. Jesuit J.J. Ten Berge,
“Al-Qur’an adalah konfirmasi dan interpretasi terhadap sejarah Bibel, -suatu
hasil yang sangat buruk- serta mereduksinya dan berisikan koleksi
dongeng-dongeng, cerita buatan, dan cerita-cerita yang disalahpahami”. John
Wansbrough, “al-Qur’an adalah karya sastra Nabi SAW yang cenderung
mengadaptasi kitab-kitab sebelumnya”.
George Sale, DR. Henry Stubbe, DR. John Naish, dan F. F.
Arbuthnot senada berpandangan bahwa surah dan
ayat-ayat dalam Alquran berbahasa Arab mempunyai keindahan deduktif, murni, dan
memiliki gaya tarik, expressif dan enersi yang eksflossif, yang terlalu sukar
diterjemahkan kata demi kata”. Goldziher, “ perubahan uslub (metode)
surah dan ayat Alquran dipengaruhi oleh perubahan tabiat pribadi Muhammad”.
Washington Irving “al-Qur’an terdapat banyak penyimpangan serta ketimpangan, campur
aduk (heterogeneous fragments) tidak tersistem antara penyusunan surah
dan ayat-ayat dalam al-Qur’an (thrown together without selection, without
chronological order, and without system of any kind)”. Abraham Geiger
“Surah dan ayat-ayat dalam al-Qur’an di ambil dari kisah dan doktrin-doktrin orang
yahudi”. Sedangkan S. Fraenkel dan Hartwig Hirschfeld
berpandangan tentang pemfokuskan pentingnya melacak berbagai kosa-kata asing
yang banyak di adopsi dalam surah dan ayat dalam Al-Qur’an.
Thedore Noldeke dalam bukunya menjelaskan tentang sejarah surah-surah dengan
menggunakan metode lurus yang kadang-kadang mengandung kebenaran. Serta
mengutip susunan surah-surah dari kitab Abil Qasim Umar bin Muhammad bin
Abdul-Kaafi dalam penyusunan surah makkiyah dan madaniyah. Dan pandangan Noldeke
banyak mewarnai dan menjadi rujukan dari para orientalis setelahnya.
Christoph Luxenberg bepandangan serta berspekulasi dalam surah dan
ayat-ayat al-Qur’an banyak diketemukan kesalahan penulisan dan bacaan dan
bahkan Luxenberg mengutak-atik surah dan ayat dalam teks
al-Qur’an. Dalam hal ini Christoph Luxenberg banyak mendapatkan
kritikan dan penolakan dari asumsi-asumsinya oleh kalangan ulama-ulama islam.
Dari semua pandangan para orientalis
di atas sudah pasti banyak pandangan yang mendiskritkan serta mereduksi surah
dan ayat al-Qur’an dengan hal-hal negatif disebabkan kebencian mereka kepada
islam dan faktor untuk mengintervensi kajian islam dengan sekulerisasi ilmu
dari al-Qur’an. Serta ada pula pandangan dari para orientalis yang positif
terhadap surah dan ayat al-Qur’an dikarenakan mengakui atas keindahan uslub dan
keistimewaan mukjizat terbesar nabi Muhammad SAW tersebut.
B. Tokoh –tokoh orientalis yang menyangsikan kebenaran al quran
1. Fay
Weldon
Al-Quran merupakan makanan bagi non-pemikiran. (Kitab) Ini bukan sebuah puisi dimana sebuah masyarakat dapat bersandar secara aman atau masuk akal. (Kitab) Ini memberi senjata dan kekuatan pada ketertiban pemikiran dan ketertiban pemikiran dengan mudah dijalankan, dan mereka menakut-nakuti. Saya melihat (al-Quran) ini sebagai naskah yang terbatas dan membatasi dalam hal pemahaman atas apa yang saya definisikan sebagai Tuhan.
Al-Quran merupakan makanan bagi non-pemikiran. (Kitab) Ini bukan sebuah puisi dimana sebuah masyarakat dapat bersandar secara aman atau masuk akal. (Kitab) Ini memberi senjata dan kekuatan pada ketertiban pemikiran dan ketertiban pemikiran dengan mudah dijalankan, dan mereka menakut-nakuti. Saya melihat (al-Quran) ini sebagai naskah yang terbatas dan membatasi dalam hal pemahaman atas apa yang saya definisikan sebagai Tuhan.
2. Karen
Amstrong
Orang barat cenderung melihat Al-Quran penuh pengulangan yang membosankan, karena tampak kembali ke wilayah yang sama berkali-kali. Namun buku ini tidak dirancang untuk dibaca secara menyendiri, melainkan untuk dibaca sebagai ibadah. Bila orang Muslim mendengar sebuah surah dibacakan di Masjid, mereka diingatkan pada ajaran sentral agama meraka hanya melalui satu ayat tersebut.(dalam buku Muhammad, A Biography of the Prophet,terjamahan Sirkit Syah, penerbit: Risalah Gusti hal.47)
Al-Quran tidak dimaksudkan untuk dibaca sebagaimana membaca buku-buku lain. Jika didekati secara tepat, kata para penganut (islam), Al-Quran memberi rasa kehadiran yang agung. Ini sulit dipahami oleh seseorang yang tumbuh dalam tradisi Kristen karena Kristen tidak memiliki bahasa keramat. (dalam buku Muhammad, A Biography of the Prophet,terjamahan Sirkit Syah, Penerbit: Risalah Gusti hal.46)
3. Conor Cruise O'Brien
Tampak sangat menjijikan. Mereka (Sejarawan Kristen yang menghormati Islam) tampak menjijikan, karena memang menjijikan, seorang Barat yang mengaku mengagumi masyarakat Muslim, namun masih mengikuti nilai-nilai Barat adalah seorang munafik (hypocrite) atau orang bebal atau keduanya.
Orang barat cenderung melihat Al-Quran penuh pengulangan yang membosankan, karena tampak kembali ke wilayah yang sama berkali-kali. Namun buku ini tidak dirancang untuk dibaca secara menyendiri, melainkan untuk dibaca sebagai ibadah. Bila orang Muslim mendengar sebuah surah dibacakan di Masjid, mereka diingatkan pada ajaran sentral agama meraka hanya melalui satu ayat tersebut.(dalam buku Muhammad, A Biography of the Prophet,terjamahan Sirkit Syah, penerbit: Risalah Gusti hal.47)
Al-Quran tidak dimaksudkan untuk dibaca sebagaimana membaca buku-buku lain. Jika didekati secara tepat, kata para penganut (islam), Al-Quran memberi rasa kehadiran yang agung. Ini sulit dipahami oleh seseorang yang tumbuh dalam tradisi Kristen karena Kristen tidak memiliki bahasa keramat. (dalam buku Muhammad, A Biography of the Prophet,terjamahan Sirkit Syah, Penerbit: Risalah Gusti hal.46)
3. Conor Cruise O'Brien
Tampak sangat menjijikan. Mereka (Sejarawan Kristen yang menghormati Islam) tampak menjijikan, karena memang menjijikan, seorang Barat yang mengaku mengagumi masyarakat Muslim, namun masih mengikuti nilai-nilai Barat adalah seorang munafik (hypocrite) atau orang bebal atau keduanya.
C. Pertanyaan tentang orientalis
1. Apakah semua keruwetan yang terjadi di dunia Islam disebabkan oleh
orientalis?
Memang orientalis punya andil dalam
merusak dan menimbulkan keruwetan dalam dunia Islam. Namun berapa prosentasenya
kita tidak tahu secara pasti. Dalam surat at Taubah dijelaskan bahwa
orang-orang yang beriman dan orang-orang munafik antara sebagian dengan
sebagian yang lain saling tolong-menolong. Jadi, para orientalis juga saling
bahu membahu dalam merusak dunia Islam.
2. Bagaimanakah perkembangan dan dinamika orientalisme saat ini?
Saya melihat orientalisme bukan
sebuah gerakan. Dalam konferensi-konferensi dan pertemuan yang biasa mereka
lakukan. Mereka memang memiliki jaringan melalui beberapa organisasi dan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) namun sifatnya informal karena lintas negara. Yang menyatukan mereka adalah
human interest yakni mereka mempunyai minat dan ketertarikan yang sama dalam
dunia internasional.
Orientalis Barat kebanyakan adalah
keturunan Yahudi. Orang Yahudi menganggap dalam stratifikasi masyarakatnya,
yang paling tinggi kedudukannya ialah yang paling berilmu. Seperti ilmuwan,
saintis apalagi yang plus ahli agama. Hampir kebanyakan kaum Yahudi mempunyai
cita-cita untuk menjadi ilmuwan terutama menjadi ilmuwan yang ahli agama yang
biasa disebut ulama Bani Israil.
3. Bagaimanakah sikap orientalis terhadap al-Qur’an?
Orientalis sejak dahulu hingga
sekarang mengkaji al-Qur’an untuk mencari kelemahan, mereka tidak percaya bahwa
al-Qur’an adalah wahyu dan menganggapnya buatan Muhammad saw. Sebab apabila
mereka mengakui bahwa Muhammad adalah nabi maka gugurlah agama Yahudi.
Al-Qur’an merupakan target utama serangan misionaris dan orientalis
Yahudi-Kristen, setelah mereka gagal menghancurkan sirah dan sunnah nabi saw.
Mereka mempertanyakan status kenabian beliau, meragukan kebenaran riwayat hidup
beliau dan menganggap sirah beliau tidak lebih dari legenda dan cerita fiktif
belaka. Demikian pendapat Caetani, Wellhausen dan lain-lain.
4. Orientalis lebih tertarik mengkaji apa?
Yang pertama tentu mempelajari
al-Qur’an. Mereka mengatakan ini merupakan suatu pendekatan baru dalam
mempelajari al-Qur’an dengan metode linguistik, apa adanya tanpa perlu mengkaji
asal-usulnya, bahkan mereka mengatakan pendekatan lama mengandung polemik.Memang
benar bahwa corpus kesarjanaan Barat mengenai al-Qur’an cukup beragam. Tidak
semua orientalis hendak menghancurkan Islam dengan menebarkan keraguan terhadap
al-Qur’an dan hadist. Ada juga orientalis yang konon bermaksud ‘baik’ dan
tampak simpati kepada Islam yang disebut counter examples. Di bidang hukum
Islam mereka sangat mempunyai kepentingan karena mereka tahu orang-orang Islam
semakin semangat mempelajari dan menerapkan ekonomi Islam.
5. Bagaimanakah pengaruh orientalis di balik gerakan anti-hadits?
Serangan orientalis terhadap hadist
dilancarkan secara bertahap, terencana dan bersama-sama. Ada yang menyerang
matan-nya seperti Sprenger, Muir dan Goldziher. Menyerang isnad-nya
seperti Horovitz, Schacht dan Juynboll.Serangan mereka diarahkan ke semua kategori;
sebagian menyerang hadist sejarah yang berhubungan dengan sirah. Misalnya
Kister, Scholler, Motzki. Sebagian yang lain menggugat hadist hukum atau fiqih
seperti Shacht, Powers dan Gilliot.
Gugatan para orientalis dan
misionaris Yahudi dan Kristen telah menimbulkan dampak yang cukup besar.
Melalui tulisannya yang diterbitkan dan dibaca luas, mereka telah berhasil
mempengaruhi dan meracuni pemikiran sebagian umat Islam. Muncullah gerakan
anti-hadist di India, Pakistan, Mesir dan Asia Tenggara. Pada tahun 1906 sebuah
gerakan yang menamakan dirinya Ahli al-Qur’an muncul di bagian barat Punjab,
Lahore, dan Amritsar. Pimpinannya Abdullah Chakrawali dan Khwaja Ahmad Din,
mereka menolak hadist secara keseluruhan.
Dalam propagandanya, gerakan ini
mengklaim bahwa al-Qur’an saja sudah cukup untuk menjelaskan semua perkara
agama. Akibatnya mereka menyimpulkan shalat hanya empat kali sehari, tanpa
adzan dan iqamah, tanpa takbiratul ihram. Selain itu mereka menganggap tidak
ada shalat ‘Id dan shalat jenazah.
6. Apakah orientalis sekarang gencar melakukan aktivitasnya melalui
LSM?
Memang institusi penting bagi mereka
untuk menjalankan aktivitasnya karena mempunyai dampak yang luas. Tentunya
dengan restu dan dukungan dari pemerintah. Mereka mempunyai dana yang kuat dan
fasilitas yang memadai untuk melancarkan aksinya. Selain itu sebagian mereka
dengan sebagian yang lain saling bantu membantu dalam menebarkan racun
orientalisme.
7. Bagaimanakah mereka membuat kaderisasi?
Itu memang
strategi mereka yang paling mudah. Sebagaimana yang dilakukan Inggris di daerah
jajahannya. Misalnya di Indonesia mereka melakukan kaderisasi di Manado,
Sumatera Barat dan Salatiga. Oleh
karena itu tokoh-tokoh nasional pada waktu itu berasal dari kota-kota tersebut.
Tidak semua orientalis melakukan aktivitasnya dengan disamarkan, ada juga yang
terangan-terangan.
8. Apa saja motivasi dan topik kajian orientalis?
Kajian teologi Islam oleh para
orientalis Barat telah dimulai sejak awal abad ke-19 Masehi, tidak lama setelah
bangsa-bangsa Eropa menaklukan hampir seluruh dunia Islam. Berbekal manuskrip
karya para ulama dan ilmuwan Islam yang diboyong ke Eropa, mereka mulai
mempelajari dan mengkaji satu per satu khazanah intelektual Islam.
Mereka meyakini kebenaran kata-kata
Sir Francis Bacon dalam risalahnya ‘de haeresibus’ tahun 1597 bahwa ilmu adalah
kekuatan. Hegemoni militer, politik dan ekonomi akan tumbang jika tidak
didukung oleh pengetahuan. Mereka yakin untuk menaklukan dunia Islam mereka
harus mengetahui Islam dari berbagai aspeknya dari orang Islam sendiri.
9. Apa dampak orientalis bagi dunia Islam?
Secara positif mereka banyak
menyadarkan kita akan pentingnya membaca sejarah para ulama-ulama Islam kita.
Mereka mengangkut manuskrip kita keluar negeri yang merupakan sejarah keilmuwan
kita untuk dipelajari dan diaplikasikan sehingga mereka lebih maju dari umat
Islam. Di Irak setelah invasi Amerika, benda dan manuskrip Islam yang ada di
Irak banyak diboyong keluar oleh AS. Memang di AS memiliki teknologi yang lebih
canggih untuk menjaga manuskrip. Secara negatif mereka mendudukan diri mereka
sebagi otoritas dalam berpendapat dan mengambil keputusan. Pendapat dan
pemikiran merekalah yang harus didengar dan dipakai.
10. Apakah benar mereka memasuki dunia pendidikan?
Kebanyakan para pelajar Muslim yang dikirim
belajar atau studi ke luar negeri setelah kembali ke Indonesia pikirannya
teracuni oleh pemikiran orientalis. Kemudian mereka memiliki posisi yang
strategis sepulangnya ke negara asalnya, misalnya menjadi leader dalam dunia
pendidikan dan memasuki dunia birokrat. Oleh karena itu mereka mengambil para
dosen-dosen dari universitas bahkan kampus-kampus Islam untuk melakukan studi
di negaranya agar dapat mewarnai pemikirannya.
11. Apakah liberalisasi yang telah merebak ke berbagai bidang adalah
kerjaan orientalis?
Ya memang. Itu faktor eksternal
hasil dari kerja orientalis. Para ahli sejarah umumnya sepakat bahwa Eropa
telah mengalami sekularisasi sejak 250 tahun terakhir. Yang masih mereka
perdebatkan hanyalah soal bagaimana dan mengapa proses itu terjadi. Pengaruh
liberalisasi lebih gencar terjadi setelah kembalinya dosen-dosen yang belajar
ke luar negeri misalnya dari kampus Mc Gill di Kanada. Meskipun demikian
orang-orang UIN membantah bahwa yang terjadi itu sangat kecil. Padahal racun
orientalis sangat berbahaya walaupun kecil.
12. Maraknya aliran sesat apakah pekerjaan orientalis?
Secara tidak langsung, iya. Sebab
orientalis lebih suka mengetengahkan yang dipinggir, membesarkan yang kecil dan
meminggirkan yang di tengah. Misalnya aliran Syiah dan Ahmadiyah, yang kita
anggap salah, oleh mereka dikaburkan sehingga seolah-oleh dianggap benar.
Musailamah al-Kadzab, mereka mengatakan dari mana kita tahu ia nabi palsu.
Mereka beranggapan Nabi Muhammad jadi nabi karena punya kekuatan, kekuasaan dan
punya dukungan yang banyak. Musailamah kalah karena tidak punya dukungan.
13. Apakah orientalis bisa disamakan dengan Diabolisme Intelektual?
Sepanjang pemikiran dan
penelitiannya bertentangan dengan kebenaran hakiki dari Ilahi Rabbi, bisa
dikatakan sama.
14. Bagaimana cara mengidentifikasi ilmuwan seperti ini?
Tak sulit mengidentifikasinya,
karena ciri-cirinya telah diterangkan dalam al-Qur'an. Pertama, selalu
membangkang dan membantah (6:121). Meskipun ia kenal, tahu dan faham, tapi tak
pernah mau menerima kebenaran. Seperti ingkarnya Firaun berikut hulu-balangnya,
zulman wa 'uluwwan, meski hati kecilnya mengakui dan meyakini (wa istayqanat-ha
anfusuhum). Mereka selalu mencari argumen untuk menyanggah dan menolak
kebenaran demi mempertahankan opininya. Yang penting baginya bukan kebenaran
tapi pembenaran. Dalam tradisi keilmuwan Islam, sikap membangkang semacam ini
disebut al-'inadiyyah.
Kedua, bersikap takabbur (sombong,
angkuh, congkak, arogan). Pengertian takabbur ini dijelaskan dalam hadis Nabi
saw, "Sombong ialah menolak yang haq dan meremehkan orang lain (Al-kibru
batarul-haqq wa ghamtu n-nas)." (HR Imam Muslim No147) Orang yang
mengikuti kebenaran sebagaimana dinyatakan al-Qur'an atau hadis Nabi saw
dianggap dogmatis, literalis, logosentris, fundamentalis, konservatif dan
lainnya. Sebaliknya, orang yang berpikiran liberal, berpandangan relativistik,
skeptis, menghujat al-Qur'an dan Hadits, meragukan dan menolak kebenarannya,
justru disanjung sebagai intelektual kritis, reformis dan sebagainya, meskipun
terbukti zindiq, heretik dan bermental Iblis.
Ketiga, bermuka dua dan standar
ganda (2:14). Mereka menganggap orang beriman bodoh, padahal merekalah yang
bodoh dan dungu (sufaha'). Intelektual semacam ini diancam Allah dalam al
Qur'an: "Akan Aku palingkan mereka yang arogan tanpa kebenaran itu dari
ayat-ayat-Ku. Sehingga, meskipun menyaksikan setiap ayat, tetap saja mereka
tidak akan mempercayainya. Dan kalaupun melihat jalan kebenaran, mereka tidak
akan mau menempuhnya. Namun jika melihat jalan kesesatan, mereka justru menelusurinya."
(7:146)
Keempat, mengaburkan dan
menyembunyikan kebenaran (talbis wa kitman al-haqq). Cendekiawan diabolik bukan
tak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Namun ia sengaja memutarbalikkan
data dan fakta. Yang bathil dipoles dan dikemas sehingga nampak seolah-olah
haq. Sebaliknya, yang haq digunting dan dipreteli sehingga kelihatan seperti
bathil. Atau dicampur-aduk keduanya sehingga tak jelas lagi beda antara yang
benar dan salah. Strategi ini memang sangat efektif membuat orang lain bingung
dan terkecoh.
Contohnya, seperti yang dilakukan
oleh pengasong gagasan inklusivisme dan pluralisme agama. Mereka mengutip
ayat-ayat al Qur'an (2:62 dan 5:69) untuk menjustifikasi pemikiran liarnya.
Untuk mengatakan semua agama adalah sama, tanpa mempedulikan konteks siyaq,
sibaq dan lihaq maupun tafsir bil-ma'tsur dari ayat-ayat tersebut.
15. Berarti sama seperti yang dilakukan kaum orientalis Barat?
Hal ini dilakukan oleh orientalis
Barat dalam kajian mereka terhadap al Qur'an dan Hadis. Mereka mempersoalkan
dan membesar-besarkan perkara kecil, mengutak-atik yang sudah jelas dan tuntas,
sambil mendistorsi dan memanipulasi (tahrif) sumber-sumber yang ada. Ini tak terlalu mengejutkan, mengingat kebanyakan
mereka adalah Yahudi dan Nasrani yang karakternya telah dijelaskan dalam
al-Qur'an 3:71, "Ya ahlal-kitab lima talbisunal-haqq bil-bathil wa
taktumul-haqq wa antum ta'lamun?" Yang mengherankan ialah ketika hal yang
sama dilakukan oleh mereka yang zahirnya Muslim.
Al Qur'an telah mensinyalir:
"Memang ada manusia-manusia yang kesukaannya berargumentasi, menghujat
Allah tanpa ilmu dan menjadi pengikut setan yang durhaka. Telah ditetapkan
atasnya, bahwa siapa saja yang menjadikannya sebagai kawan, maka akan
disesatkan olehnya dan dibimbingnya ke neraka," (22:3-4). Maka kaum
beriman diingatkan agar senantiasa menyadari bahwa "Sesungguhnya
setan-setan itu mewahyukan kepada kroninya untuk menyeret kalian ke dalam
pertengkaran. Jika dituruti, kalian akan menjadi orang-orang yang
musyrik," (6:121). Ini tidak berarti kita dilarang berpikir atau
berijtihad. Berpendapat boleh saja, asal dengan ilmu dan adab. Wallahua'lam.
16. Bagaimana cara melawan dan menghadang sepak terjang mereka saat ini?
Kalau kita melihat serpak terjang
mereka yang begitu luar biasa, kita bisa berputus asa. Namun al-Qur’an melarang
kita berputus apa, memang tidak mesti instan bisa kita selesaikan. Tentunya
harus kita lakukan secara berjamaah diberbagai bidang baik di bidang pendidikan
(perguruan tinggi), ekonomi dan lembaga swadaya masyarakat yang islami.
Kita harus berani tampil beda untuk
melakukan peningkatan di bidang pendidikan agar tidak perlu lagi mengirim para
dosen dan guru untuk studi ke luar negeri. Oksidentalisme itu tidak bisa
basa-basi. Itu sebenarnya sudah dilakukan sejak lama untuk mengimbangi
pemikiran orientalis seperti yang dilakukan di Jerman, membuka jurusan S1 untuk
mempelajari sejarah, budaya dan seluk beluk dunia Barat. Sehingga setelah itu
mereka bisa masuk dalam dunia pendidikan dan perusahaan milik orientalis untuk
menjadi penyeimbang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari semua pandangan para orientalis
di atas sudah pasti banyak pandangan yang mendiskritkan serta mereduksi surah
dan ayat al-Qur’an dengan hal-hal negatif disebabkan kebencian mereka kepada
islam dan faktor untuk mengintervensi kajian islam dengan sekulerisasi ilmu
dari al-Qur’an. Serta ada pula pandangan dari para orientalis yang positif
terhadap surah dan ayat al-Qur’an dikarenakan mengakui atas keindahan uslub dan
keistimewaan mukjizat terbesar nabi Muhammad SAW tersebut.
B.
Saran.
Pemakalah menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, banyak hal-hal yang masih kurang dalam
makalah ini. Maka dari pada itu pemakalah mengaharapkan kritikan dan saran dari
para pembaca dan terutama sekali kepada dosen pembimbing, guna untuk perubahan
dan perbaikan bagi pemakalah dikemudian harinya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Muhammad,
A Biography of the Prophet,terjamahan Sirkit
Syah, penerbit: Risalah Gusti hal.47)
·
Jalaluddin, Prof, 2001, Teologi
Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar